Biografi Gus Dur
Abdurrahman Wahid atau yang biasa dikenal sebagai Gus Dur, merupakan cendekiawan, reformis, politikus asal Indonesia, pemimpin agama islam di Indonesia sekaligus menjabat sebagai Presiden RI yang ke 4. Beliau ini lahir di Jombang, Jawa Timur pada 7 September. Beliau lahir dari pasangan Wahid Hasyid dan Solichah. Ia adalah anak tertua dari lima bersaudara, dan lahir dari keluarga yang sangat terpandang di komunitas muslim Jawa Timur. Kakek dari pihak ayah, Hasyim Asy’ari adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU) sedangkan kakek dari pihak ibu, Bisri Syansuri adalah pendidik muslim pertama yang memperkenalkan kelas untuk perempuan. Setelah proklamasi kemerdekaan Gusdur kembali ke Jombang. Akhir perang tahun 1949, pindah ke Jakarta karena ayahnya diangkat menjadi menteri agama. Pada tahun 1954, Wahid mulai sekolah menengah pertama, namun ia gagal lulus dan ibunya memindahkan nya ke Yogyakarta. Tahun 1957 ia lulus dan melanjutkan ke sekolah muslim di pesantren Tegalrejo. Dan pada tahun 1959 beliau pindah ke pondok pesantren Tambakberas di Jombang. Sejatinya karena latar belakang nya yang bersangkutan dengan NU, maka beliau tak akan luput dari tugas kepemimpinan NU. Hal ini bertentangan dengan cita-cita nya untuk menjadi intelektual publik dan dia sudah dua kali menolak tawaran untuk bergabung dengan Dewan Penasihat Agama NU. Menjelang Pemilihan Legislatif 1982, Gus Dur berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sebuah Partai Islam yang dibentuk sebagai hasil penggabungan empat partai Islam termasuk NU. Baca Juga: Masalah yang Sering Dihadapi saat Manajemen Data Pada 2 Mei 1982, sekelompok petinggi NU bertemu dengan Ketua NU Idham Chalid dan meminta pengunduran dirinya. Pada tanggal 6 Mei 1982, Wahid mendengar tentang keputusan Idham untuk mengundurkan diri dan mendekatinya dengan mengatakan bahwa tuntutan yang dibuat agar dia mengundurkan diri tidak konstitusional. Dari Juni 1983 hingga Oktober 1983, Gus Dur menjadi bagian dari tim yang ditugaskan untuk mempersiapkan tanggapan NU terhadap masalah ini Pada tahun 1991, Wahid membalas ICMI dengan membentuk Forum Demokrasi, organisasi yang beranggotakan 45 intelektual dari berbagai komunitas agama dan sosial. Organisasi tersebut dianggap sebagai ancaman oleh pemerintah yang bergerak untuk membubarkan rapat-rapat Forum Demokrasi menjelang Pemilu Legislatif 1992. Pada Maret 1992, Gus Dur berencana mengadakan Musyawarah Besar untuk merayakan ulang tahun ke-66 berdirinya NU dan menegaskan kembali dukungan organisasi tersebut terhadap Pancasila Mendekati Musyawarah Nasional 1994, Gus Dur mencalonkan dirinya untuk masa jabatan ketiga sebagai ketua. Wahid berpesan agar Megawati berhati-hati dan menghindari pencalonan sebagai presiden pada Sidang Umum MPR 1998. Megawati mengabaikan nasihat Wahid dan membayar harganya pada Juli 1996 ketika markas besar PDI-nya diambil alih oleh pendukung ketua PDI yang didukung pemerintah, Suryadi. November 1996, Wahid dan Soeharto bertemu untuk pertama kalinya sejak Wahid terpilih kembali menjadi ketua NU Pada 19 Mei 1998, Gus Dur bersama delapan tokoh masyarakat Islam dipanggil ke kediaman Soeharto. Suharto menggaris bawahi gagasan tentang Komite Reformasi yang mulai diusulkan saat itu Beliau wafat pada tanggal 30 Desember 2009, di Jakarta. Beliau menjabat sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001. Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Abdurrahman_Wahid Ingin Mencoba Sistem Manajemen Pesantren? Coba demo GRATIS di demo.epesantren.co.id
Selengkapnya