November 1, 2022

Tiga Macam Jenis Sabar

Tiga Jenis Sabar

Syekh Ibnu Abid Dunya (208-281 H) mencantumkan dalam karyanya as-Shabru wa TsaTsawâb ‘alaihi, sebuah hadits riwayat Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sabar ada tiga tingkatan; sabar atas musibah, sabar dalam menjalani ketaatan, dan sabar dari kemaksiatan….” Sabar yang terakhir adalah sabar dengan tingkatan tertinggi.

Pengertian Sabar

Sabar secara bahasa berarti al habsu yaitu menahan diri. Sedangkan secara syar’i, sabar adalah menahan diri dalam tiga bentuk sabar: 1) Ketaatan kepada Allah, 2) Hal-hal yang diharamkan, 3) takdir Allah yang dirasa pahit (musibah).

Tiga Macam Bentuk Sabar

Sabar dalam Ketaatan

Sabar dalam ketaatan kepada Allah yaitu seseorang bersabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah. Dan perlu diketahui bahwa ketaatan itu adalah berat dan menyulitkan bagi jiwa seseorang. Terkadang pula melakukan ketaatan itu berat bagi badan, merasa malas dan lelah (capek). Juga dalam melakukan ketaatan akan terasa berat bagi harta seperti dalam masalah zakat dan haji. 

Intinya, namanya ketaatan itu terdapat rasa berat dalam jiwa dan badan sehingga butuh adanya kesabaran dan dipaksakan.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imron [3] : 200).

Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin dalam Syarh Riyadhus Sholihin ketika menjelaskan ayat di atas, beliau rahimahullah mengatakan, ”(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala memerintahkan orang-orang mukmin sesuai dengan konsekuensi dan besarnya keimanannya dengan 4 hal yaitu: shobiru, shoobiru, robithu, dan bertakwalah pada Allah.

Shobiru berarti menahan diri dari maksiat. Shoobiruu berarti menahan diri dalam melakukan ketaatan. Roobithu adalah banyak melakukan kebaikan dan mengikutkannya lagi dengan kebaikan. Sedangkan takwa mencakup semua hal tadi.”

Baca Juga: Proses Membuat Laporan Keuangan Pesantren

Sabar dalam Menjauhi Maksiat

Bentuk sabar kedua adalah sabar dalam menghadapi maksiat. Sabar dalam menjauhi maksiat adalah kemampuan untuk bersabar dan mempertahankan diri dari tindakan yang merugikan atau terlarang dalam agama. Ini memerlukan kesadaran dan kesabaran yang tinggi untuk menjauhi godaan dan tetap mempertahankan komitmen moral dan religius. Hal ini penting untuk membangun kebiasaan hidup yang baik dan memelihara kesucian jiwa serta keutuhan agama.

Sabar dalam Menghadapi Takdir yang Pahit

Sabar menghadapi takdir pahit merupakan hal yang sulit untuk menerima dan menghadapi takdir yang pahit dalam hidup. Namun, ada beberapa cara yang dapat membantu kita untuk mengatasi hal ini dan tetap bersabar:

  1. Berdoa – berdoalah kepada Tuhan untuk meminta ketabahan dan kekuatan untuk menghadapi masalah yang sedang dialami.
  2. Fokus pada hal positif – fokuslah pada hal-hal positif yang ada dalam hidup, seperti kebahagiaan dan kesuksesan dalam pekerjaan, hubungan dengan keluarga dan teman, dll.
  3. Terapkan teknik relaksasi – teknik relaksasi seperti yoga, meditasi, atau berolahraga dapat membantu meredakan stres dan memperbaiki kondisi mental.
  4. Bicara dengan orang yang dapat dipercayai – berbicaralah dengan orang yang dapat dipercayai, seperti keluarga, teman, atau profesional untuk memperoleh dukungan dan masukan.
  5. Terima dan hadapi masalah – jangan mencoba untuk melarikan diri dari masalah, tetapi terimalah dan hadapilah dengan lapang dada dan semangat yang kuat.

Sabar dalam menghadapi takdir yang pahit memang tidak mudah, namun dengan mempraktikkan cara-cara di atas, kita dapat memperkuat mental dan spiritual untuk menghadapinya.

Ingin mengoptimalkan pengelolaan data di pondok pesantren?

Gunakan sistem online dan otomatis.

Coba kunjungi demonya di demo.epesantren.co.id

Share this post:
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Temukan lebih banyak artikel